Pelajaran Sederhana dari Film Inside Out

Selasa, Maret 08, 2016

Pagelaran The Academy Award (OSCAR) ke-88 baru saja berlangsung pada akhir Februari 2016 lalu. Dari sederet nominasi yang ada, selain the Best Actor yang mencuri perhatian, karena pada akhirnya Leonardo DiCaprio memenangkan award tersebut untuk pertama kalinya (**whoohooo..congrats Leo!), yang paling saya tunggu-tunggu adalah The Best Animated Feature Film.
 
 
Film Inside Out adalah salah satu film animasi produksi PIXAR yang berhasil memenangkan penghargaan untuk Film Animasi terbaik tahun ini (**no surprise and surely well deserved!! ^^). Kemenangan Film ini sepertinya sudah diprediksi oleh banyak orang menyingkirkan nominator lainnya : Anomalisa, Boy and The World, Shaun The Sheep Movie dan When Marnie Was There.
 

Kalau ditanya siapa yang menyukai film animasi Pixar? Saya sudah pasti langsung mengacungkan jari, karena saya sukaaaa banget sama film animasi produksi PIXAR. Kenapa? Selain ide cerita yang selalu ada-ada saja namun menarik, lucu, menyentuh dan tentu saja penuh dengan pelajaran hidup. Malah kadang, saya bisa merasa "tersentil" oleh pembelajaran di dalam ceritanya :)

Kecintaan saya terhadap film animasi Pixar makin menjadi, setelah Big Hero 6 di tahun lalu, muculah film ini, Inside Out.
 
Yuk bahas yuk..^^
 
Film ini menghadirkan beberapa karakter yang mewakili EMOSI DASAR  seseorang yang bernama Riley. Karakter tersebut adalah :
 
- Joy (perasaan Senang)
- Sadness (perasaan Sedih)
- Anger (perasaan Marah)
- Disgust (perasaan Jijik)
- Fear (perasaan Takut)
 
source : www.google.com
 
 
Sang Sutradara, Pete Docter bukan asal saja memilih karakter tersebut, karena tenyata ya..menurut teori Paul Ekman, ada enam emosi dasar yang seseorang miliki, nah lima dari enam emosi inilah yang ditampilkan dalam film Inside Out.
 
Pelajaran apa saja yang tersirat di dalam film ini? 
 
Film ini diawali dari seseorang yang baru saja lahir, Riley. Kelima karakter tadi hidup di dalam kepala Riley, dimana disana ada sebuah tuas yang berfungsi mengendalikan emosi Riley. Jika si Joy yang memegang tuas nya, otomatis Riley akan merasa senang, tertawa dan penuh dengan pemikiran positif. Jika Anger yang megang tuas, Riley akan berubah menjadi seseorang yang meledak-ledak dan pemarah, jika si Sadness maka Riley akan berubah murung dan sedih, begitupula dengan kedua karakter lainnya, Disgust dan Fear.
 
Terus..kenapa gak Si Joy saja yang pegang kendali tuas nya, biar bahagiaaa terus gitu?
Namanya hidup, kita pasti dihadapkan pada berbagai situasi yang tidak melulu bahagia, kan?^^ Nah di film ini mengajarkan kita, bagaimana kecerdasan emosional sangat dibutuhkan untuk mengatasi situasi-situasi sulit, agar hidup kita tidak dikuasi oleh emosi.
 

#1. SEMUA EMOSI itu Baik!

poin penting yang saya dapatkan dari film ini : Its okay to be not okay sometimes. Sadness memiliki peran yang cukup penting, dan bukan merupakan emosi yang negatif / buruk, bahkan kita membutuhkan si Anger untuk mendapatkan keadilan pada diri kita jika kita tersakiti, atau Fear untuk melatih intuisi kita, selalu bersikap waspada dan berada di keadaan aman bagi diri kita, Disgust dibutuhkan untuk menjauhi hal-hal yang dapat meracuni kita secara fisik/psikis maupun secara sosial. Jadi tidak ada satupun emosi yang harus disingkirkan atau dijauhi, karena setiap emosi memiliki manfaatnya masing-masing.
 

#2. Setiap Manusia memiliki SATU EMOSI DOMINAN

Emosi akan membentuk karakter seseorang, seperti yang ditampilkan pada film ini. Riley sendiri didominasi oleh Joy, kita akan melihat banyak part dimana Joy yang mati-matian berusaha agar Riley selalu bahagia. Bagaimana dengan Ibu dan Ayah Riley? Ada satu scene ketika mereka berada di meja makan, Ibu Riley, didominasi oleh karakter Sadness, sedangkan Ayah Riley didominasi oleh karakter Anger.
 

#3. karakter yang paling berbahaya : ANGER!

Berbahaya, bukan berarti harus disingkirkan ya. Inget gak, ketika JOY dan SADNESS terlempar keluar dari ruang kendali, dan Anger adalah karakter yang paling sering memegang tuas, menggantikan Joy. Disitulah mulai muncul masalah, hidup Riley menjadi lebih buruk dan offensive terhadap lingkungan. Seseorang yang tidak mampu mengkontrol si Anger dalam dirinya akan lebih mudah meledak-ledak terhadap suatu kejadian, dan menjadi seseorang yang temperamental. Mungkin dari sinilah, timbul pribahasa:
 
"Ambilah keputusan dengan kepala dingin, dan keputusan yang diambil saat kamu dalam keadaan marah, mostly menyebabkan penyesalan."

Nah, kalau si Anger yang sudah memegang kendali, cepet-cepet deh cari Joy untuk menenangkan emosi. Biar adem. :p
 

#4. Proses Penerimaan atas Kehilangan

Konflik mulai terjadi ketika Riley pindah ke lingkungan baru. Ia mulai merasakan kehilangan teman, tidak lagi antusias terhadap hobby hockey nya, dan makin menjadi offensive terhadap lingkungan baru nya. Pada saat itu, Joy mulai kewalahan mengendalikan tuas, dan sampai akhirnya si Sadness yang mulai mendominasi ruang kendali. Namun karena kecerobahan, akhirnya Joy dan Sadness harus terhempas dari ruang kendali.
 
Sampai disini saya sebeeeeellll banget sama si Sadness. (**why don't you just let the Sadness get the hell outta her life! -___-'). Anger yang mendominasi menyebabkan hidup Riley berubah. Sampai akhirnya Riley mencapai fase depresinya hingga ia tidak mampu lagi merasakan Sedih ataupun Senang, pun Pulau Kepribadian Riley menjadi hancur satu persatu.
 
Ternyata, setelah membaca beberapa artikel mengenai Depresi dan Penyembuhannya, saya baru tau bahwa Seseorang perlu mengakui suatu kehilangan dan menerima dirinya berada dalam kesedihan, untuk bisa kembali bangkit dan bahagia.

 

source : www.google.com
 

Untuk kembali ke ruang kendali, Joy sadar, dia perlu ditemani Sadness. Sama halnya ketika Riley mengakui bahwa dirinya depresi dan bersedih karena orang tuanya tidak mengerti situasi dan perubahan lingkungan yang dialaminya. Lalu Ia  mulai terbuka dan menerima bantuan orang tuanya dan tidak lagi tertutup terhadap mereka. Jujur sih, untuk bangkit dari kesedihan, kita memang butuh orang lain, entah itu keluarga, professional helper, ataupun sahabat / teman.
 
Sadness dapat membantu kita merefleksikan diri dan menerima bahwa hal yang ingin kita pertahankan memang sudah hilang, menerima fakta bahwa yang hilang tidak mungkin akan kembali, lalu jujur dan terbuka menerima bantuan ataupun dukungan orang lain. Tanpa melalui kesedihan, maka kebahagiaan tidak akan muncul dari sebuah kehilangan.
 

#5. Pentingnya Kecerdasan Emosi

Kesuksesan seseorang dalam hidup, bukan diukur dari IQ nya, tetapi kecerdasan emosional atau EQ nya. Talk is cheap ya, tapi ayolah... jangan sampai kita kehilangan kontrol atas hidup kita karena tidak mampu mengontrol emosi. Jadi, ketika kita sadar terhadap emosi yang sedang memegang kendali, kita bisa mengontrol emosi kita, dan hidup akan berjalan dengan jauh lebih baik ^^
source : www.google.com
 
 
 *******
 
Wuih..keren ya. Dinamika emosi manusia itu sangat kompleks, namun PIXAR berhasil menyajikan konsep SEBESAR ini dengan simple dan menarik. As always. :) 
 
 
 
Ins.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images